Menggagas Guru Penulis

14 April, 2014 at 12:00 am

Agus PriyadiOleh Agus Priyadi
Guru dan Kepala Perpustakaan di MAS Cokroaminoto Wanadadi, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Beberapa waktu yang lalu,muncul polemik yang hangat di media cetak (koran). Polemik tersebut dipicu oleh surat edaran dari Dirjendikti yang mengharuskan mahasiswa S1, S2 dan S3 harus menulis di jurnal ilmiah untuk dipublikasikan sebagai pra sarat perolehan gelar. Baik sarjana, megister maupun doktor.

Polemik tersebut mengerucut pada dua pendapat yaitu pro dan kontra. Bagi yang pro dengan surat edaran dari Dirjendikti itu, mereka berpendapat bahwa menulis merupakan parameter intelektualitas mahasiswa. Baik S1, S2 maupun S3.Sangat ironis memang kalau para sarjana kita tidak bisa menulis. Mau bagaimana pendidikan kita dan bagaimana nasib bangsa ini kalau kaun terpelajar tidak mampu mengembangkan kemampuan ilmiahnya secara tertulis? Bukankah hal itu akan membunuh budaya ilmiah dan memangkas penyebaran ilmu pengetahuan?

Bagi yang kontra, agaknya mereka terlalu pesimis. Meraka merasa bahwa menulis di jurnal ilmiah merupakan beban berat yang akan mengganggu bahkan menghambat kelulusan dan perolehan gelar. Alasan ini lebih bersifat jangka pendek dan kurang mendasar. Mereka terjebak dalam budaya instan. Semuanya serba cepat tanpa berpikir bagaimana nasib ke depannya.

Terlepas dari polemik tersebut, menurut hemat penulis, menulis itu penting artinya bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Terlebih bagi insan pendidik (guru) yang nota bene setiap harinya bergelut dengan ilmu pengetahuan.

Bagi guru, menulis merupakan aktifitas keseharian yang dijalani seiring dengan tugasnya sebagai seorang pendidik dan pengajar. Entah menulis bahan ajar, RPP, modul, penelitian dan lain sebagainya. Boleh dikatakan, bagi guru, menulis itu wajib hukumnya. Mengapa? Karena tugasa guru tidak bisa lepas dari tulis menulis. Lebih jauh lagi Rus Rusyana mengatakan: salah satu kegiatan yang dilakukan guru untuk mengasah mutu dirinya adalah kegiatan menilis. Perkataan tersebut mengandung arti bahwa guru yang rajin menulis maka akan baik mutu dirinya. Dan guru yang malas atau bahkan tidak pernah menulis maka dirinya semakin tidak bermutu alias tidak kompeten.

Pentingnya menulis
Ada banyak pakar yang berpendapat tentang arti pentingnya menulis. Misalnya Ali bin abi Tholib. Beliau berkata:”ikatlah ilmu dengan menuliskannya”. Maksudnya bahwa ilmu pengetahuan tanpa ditulis maka akan lepas (hilang). Jika kita renungkan, perkataan sahabat Nabi tersebut benar adanya. Coba kita bayangkan bagaimana nasibnya ilmu pengetahuan kalau tidak dicatat. Bukankah ilmu tersebut akan hilang? Dan generasi berikutnya akan kesulitan untuk mengembangkan teori-teori maupun penemuan-penemuan penting yang berharga bagi umat manusia tanpa ada dokumen. Dokumen ilmu pengetahuan salah satunya adalah tulisan. Dengan tulisan peradaban umat manusia dapat berkembang sampai puncaknya seperti sekarang ini.

Fatima Mernissi (dalam Quantum Writing, 2003) mengatakan:”usahakan menulkis setiap hari. Niscaya kulit anda akan segar kembali akibat kandungan yang luar biasa! Dan saat anda bangun, menulis meningkatkan sel. Dengan coretan pertama di atas kertas kosong, kantung di bawah mata anda akan segera lenyap dan kulit anda akan terasa segar kembali”.

Selain itu, Dr. Pennebaker mengatakan bahwa menulis dapat menjernihkan pikiran, menulis mengatasi trauma, menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru, menulis membantu memecahkan masalah, menulis bebas membantu kita ketika kita terpaksa harus menulis.

Manfaat menulis bagi guru
Bagi guru, menulis mempunyai banyak manfaat. Baik yang terkait langsung dengan profesinya sebagai pendidik dan pengajar maupun tidak. Di antara manfaat menulis bagi guru adalah sebagai berikut:

1. Menulis menjadi media untuk menuangkan ide, gagsan dan pikiran mengenai berbagai hal, khususnya terkait dengan tugas dan fungsinya sebagai tenaga pendidik.

2. Menulis merupakn media untuk mengembangkan kemampuan guru dalam memecahkan masalah. Ketika guru menghadapi berbagai masalah di sekolah, guru bisa memecahkan masalah tersebut dengan meniulis. Misalnya menuliskan semua problematika dalam bentuk diary. Dalam buku tersebut, guru bisa menuangkan semua masalah yang ada di kepala secara bebas. Dengan begitu, maka pikiran akan tenang, segar dan masalah lepas begitu saja dengan sendirinya.

3. Menulis bermanfaat untuk kelancaran kenaikan pangkat, baik bagi guru negeri maupun swasta. Seringkali seseorang terhambat karirnya lantaran tidak bisa menulis. Hal ini sering terjadi pada guru yang sudah golongan IV A. Mereka kesulitan naik ke golongan berikutnya karena tidak mampu membuat karya tulis. Mereka harus puas pada golongan tersebut.

4. Menulis bermanfaan untuk pengembangan materi atau bahan ajar dalam mata pelajaran yang diembannya. Guru bisa menulis apa saja sesuai bidang dan kemampuannya. Tulisan tersebut dapat berupa buru,artikel, modul maupun penelitian. Dalam tulisan tersebut guru mengembangkan gagasan atau ide yang gagasan itu pada dasarnya merupakan perwujudan dari pengembangan materi atau bahan ajar.

5. Menulis dapat menambah penghasilan dan terkenal. Menulis dapat menambah penghasilan dan terkenal ketikatulisan guru dimuat di media masa atau ketika buku karyanya diterbitkan dan laku dipasaran.Penulis, dalam hal ini guru, akan mendapat honor atau royalti . semakin banyak tulisan yang dihasilkan maka semakin banyak pula honor yang diterima. Dan semakin sering tulisan itu dipublikasikan penulisnya semakin terkenal pula. Sebagai contoh:Habiburrahman al sirazy dengan ayat-ayat cintanya, Andrea Hirata dengan laskar pelanginya, dan J.K Rawling dengan serial Harry Potternya. Dan masih banyak yang lainnya.

6. Menulis dapat mengubah sesuatu terjadi. John W. Newbern mengatakan bahwa manusia dapat dibagi ke dalam tiga golongan, yakni1) mereka yang membuat sesuatu terjadi, 2) mereka yang melihat sesuatu terjadi, dan 3)mereka yang terkesima dengan apa yang terjadi. Salah satu yang termasuk golongan yang membuat sesuatu terjadi adalah penulius(Ismail kusmayadi,2007:15).

Mitos dan hambatan menulis
Meskipun menulis lekat dengan dunia pendidikan, tidak berarti dengan serta merta menulis itu mudah. Bagi kebanyakan guru, menuis dipersepsikan sebagai sesuatu yang sulit.Persepsi ini biasanya terkait dengan cara pandang yang pesimis. Mereka beranggapan menulis itu merepotkan. Selainitu, mereka juga berpikir menulis agaknya menyita waktu. Bukankah pekerjaan guru sudah sangat melelahkan? Dan masih banyak lagi alsan-alasan dan mitos untuk tidak menulis. Pandangan negatif inilah yang sering kali menghantam para guru sehingga enggan atau tidak menulis.

Secara rinci, mitos dan hambatan guru dalam menulis adalah sebagi berikut.

1. Saya bukanlah penulis.
Norman Vincent Peale berkata,”kamu bisa jika kamu berpikir bahwa kamu bisa”. Jika dalam diri guru tertanam persepsi saya bukanlah penulis, maka persepsi ini akan menghilangkan motivasi guru untuk menulis. Ketika motivasi itu telah tiada, pada gilirannya guru menjadi tidak mau menulis. Jika sudah demikian, maka guru benar-benar tidak bisa menulis. Padahal belum pernah mencobanya.

2. Tidak bisa menuliskan hal-hal hebat
Menulis tidak harus hal-hal yang hebat atau spektakuler. Pada prinsipnya, menulis boleh apa saja yang penting bermanfaat. Dengan demikian, menulis akan terasa ringan dan mudah. Guru bisa menulis tentang problem pembelajaran di kelas,metode pengajaran yang efektif, motivasi siswa dan lain sebagainya. Pandangan guru bahwa menulis harus sesuatu yang hebat tentu saja akan menghantui pikirannya sehingga tidak pernah berupaya untuk menulis.

3. Tidak punya waktu
Menulis tidak harus berjam-jam di depan komputer. Menulis bisa saja sedikit demi sedikit yang penting rutin dan konsisten. Guru bisa saja beralasan terlalu sibuk di sekolahan belum lagi beban-beban yang lain seperti mengurus keluarga, masyarakat dan lain sebagainya. Tetapi bagi guru yang dapat mengatur waktu dengan baik, waktu bukanlah alasan untuk tidak menulis.

4. Takut salah
Perasaan takut salah jika tidak dilawan juga akan menjadi hambatan menulis. Bagi pemula, perasaan ini kerap berkecamuk dalam pikirannya. Ketika mau menulis, bayangan takut salah selalu terlintas dalam benaknya. Oleh karena itu agar kita dapat menjdi penulis yang berhasil janganlah takut salah. Salah itu hal yang normal dan wajar. Yang penting adalah belajar terus dan perbaiki setiap kesalahan. Baca buku-buku seputar tulis menulis dan berkonsultasilah pada penulis yang telah berhasil.

Kiat kiat menulis
Setelah kita tahu mitos dan hambatan hambatan dalam menulis, lalu bagaimana agar guru bisa menjadi penulis? Apa saja kiatnya? Ada berbagai cara agar menulis itu mudah sebagai mana yang dituturkan oleh Cepi Triatna (2007);

1. Menggali pengalaman pribadi
Setiap orang pasti punya pengalaman pribadi.Baik yang menyenangkan maupun yang menjengkelkan. Tuangkan pengalaman yang berkesan tersebut secara bebas. Jangan pedulikan orang lain. Jangan hiraukan aturan tulis menulis. Tapi tuliskan apa saja yang berkecamuk dalam pikiran. Tulislah dengan mengalir mengikuti ritme pikiran. Maka hasilnya menakjubkan. Ternyata pengalaman tersebut dapat menjadi rekaman peristiwa dan sebagai inspirasi untuk menulis. Kita sendiri akan takjub bahwa kita ternyata bisa menulis.Dan kita akan merasakan bahwa menulis itu mudah. Jadi tulislah apa yang kita tahu jangan tulis apa yang kita tidak tahu sehingga tidak memberatkan.

2. Sekali waktu, coba keluar dari aktivitas rutin sebagai guru
Suatu aktifitas yang dilakukan secara monoton pasti akan menjenuhkan. Ketika kita jenuh maka pikiran akan sulit untuk berpikir, untuk mengeluarkan ide-ide cemerlang. Oleh karena itu luangkan waktu untuk keluar dari rutinitas harian. Dengan demikian maka otak kita akan segar kembali.Otak yang segar akan mengahsilkan ide-ide kreatif dan cemerlang.

3. Akseslah internet dan perbanyak membaca
Untuk mendapatkan informasi yang banyak, maka kita harus banyak membaca. Dengan membaca kita memperoleh informasi-informasi baru sebagai sumber inspirasi. Selain itu, manfaatkan internet sebagai media mencari informasi sebanyak mungkin dan yang paling mutahir. Karena internet menyedikakan beragam infornasi yang sangat penting sebagai pendukung tulisan kita. Semakin banyak referensi semakin baik pula tulisan kita. Referensi juga dapat menggambarkan kualitas sebuah tulisan.

4. .Bicarakan tulisan anda dengan orang lain
Sebagai penulis, sudah selayaknya kita meminta pendapat orang lain tentang tulisan kita. Baik mengenai isi, gaya, tata bahasa dan lain sebagainya.Kita mesti terbuka terhadap pendapat, kritik maupun masukan demi kualitas tulisan kita. Kita harus mengakomodir pendapat orang lain sebagai masukan yang berharga agar tulisan kita makin bermutu.

5. Luangkan waktu khusus untuk menulis
Unruk menjadi penulis profesional,maka kita harus meluangkan waktu secara khususu dalam setiap saat untuk menulis. Menulis secara rutin akan mengasah keterampilan dan ketajaman dalam menulis. Penulis yang sudah kenamaan sekalipun kalau sudah lama tidak menulis maka akan sulit memulai menulis lagi. Ibarat pisau yang tidak diasah maka lama-lama menjadi tumpul.
Jadikan menulis sebagai kebiasaan. kebiasaan menulis inilah yang kelak tanpa disadari membantu kita berpikir sistematis dan lancar dalam mengemukakan pendapat.

6. Kerjakan aktifitas menulis dengan senang hati
Sebuah aktifitas apapun kalau dilakukan dengan senang hati hasilnya akan maksimal. Menulis yang dilakukan dengan senang hati akan mengasilkan tulisan yang terbaik dan orang yang menulis juga akan merasakan kepuasan batin yang tak terkira.

Demikian paparan sederhana tentang menggagas guru penulis. Mudah-mudahan lewat tulisan ini para guru tergerak hatinya untuk menulis karena menulis mempunyai peran penting bagi guru terutama untuk menunjang karirnya sebagai pengajar dan pendidik. Lebih jauh gagasan para guru tidak hilang menguap di ruang-ruang kelas tetapi gagsan tersebut terdokumentasi dalam tulisan. Kelak tulisan para guru dipublikasikan dan dibaca ribuan bahkan jutaan orang sebagai sumber inspirasi untuk maju. Dan sebagai warisan intelektual yang berharga untuk generasi mendatang. Semoga! (Kontak Person: 53461 Hp.087 837 593 204, 082 313 999 844. Email: aguspriyadi.elc@gmail.com).

Entry filed under: Artikel Guru Madrasah Aliyah (MA). Tags: , .

Kurikulum 2013 dan Agenda Pendidikan Teknologi Struktur Dan Unsur Satire Yang Terdapat Dalam Kumpulan Puisi Mbeling


ISSN 2085-059X

  • 1.229.751

Komentar Terbaru

Roos Asih pada Surat Pembaca
rumanti pada Surat Pembaca
ira pada Surat Pembaca
Alfian HSB pada Surat Pembaca
Tamtomo Utamapati pada Surat Pembaca
Ida pada Surat Pembaca
Waluyo pada Surat Pembaca